Sekilas info ttng Profil Reza Chalid.
Tidak banyak orang yang berhasil 'mendekati' dan 'mengambil hati' sang
Ketua DPR. Tetapi Reza sangat ga mpang melakukannya. Dalam rekaman
kasus catut yang diputar di MKD (2/12/2015), Reza bercerita lugas
bahwa dialah yang mengumpulkan para elit partai KMP pasca kalah Pilres
untuk berbalik mendukung Jokowi.
Reza meminta para elit KMP untuk tidak mengganggu lagi Jokowi-JK
dengan tujuan agar bisnis berjalan lancar. Usul Reza itupun disetujui
KMP dan terbukti kemudian, KMP tidak pernah lagi mengganggu Jokowi.
Hebat, Reza mampu menyihir dan menjinakkan para elit KMP. Terkait
negosiasi Freeport, Setya Novanto mempercayakan semuanya kepada Reza.
Menurut pengakuan Novanto, bila Reza yang mengatur bisnis di Freeport,
mereka semua happy, bisa bersenang-senang, main golf dan beli pesawat
Jet.
Baik Reza maupun Novanto, amat yakin bahwa perpanjangan kontrak karya
Freeport itu bisa menjadi kenyataan dan disetujui Jokowi. Caranya,
melalui Luhut, orang kepercayaan Jokowi. Novanto pun amat yakin Luhut
bisa mempengaruhi Jokowi. Karena kalau Jokowi nekat menghentikan
kontrak karya Freeport, Jokowi bisa jatuh alias dilengserkan. Hebat,
Reza mampu mengatur bisnis di Freeport.
Ditilik dari belakang, kehebatan Reza tercermin dari kemampuannya
mengendalikan bisnis Petral selama puluhan tahun. Pria keturunan Arab
ini sejak lama dikenal dekat dengan keluarga Cendana, Bambang
Trihadmodjo. Ia disebut sebagai 'penguasa abadi' bisnis minyak di
Indonesia, karena setelah rezim Cendana berakhir, ia berpindah ke
rezim Cikeas. Lewat Hatta Rajasa, Reza mampu menusuk masuk ke rezim
Cikeas.
Di sana Reza bermanufer dan ikut membantu beberapa anggota keluarga
besar SBY untuk memiliki bisnis impor ekspor minyak mentah. Menurut
George Aditjondro dalam bukunya 'Gurita Bisnis Cikeas', jika dulu Reza
(Global Energy Resources) membayar premi keluarga Cendana, maka
sekarang Reza membayar Cikeas sebesar 50 sen dollar per barrel.
Jadi kalau ekspor Indonesia 900 ribu barrel perhari, maka yang masuk
kepada keluarga SBY diperkirakan mencapai USD 450.000 per hari
ditambah bonus boleh mengekspor minyak mentah sebesar 150 barrel per
hari. Inilah yang membuat Dirut Pertamina, Karen Agustiasan, pernah
mengancam meletakkan jabatan karena tidak tahan menghadapi tekanan
Cikeas.
Keberhasilan Reza masuk dalam lingkaran rezim Cikeas, membuat ia
leluasa mengatur orang nomor satu di Pertamina. Walaupun Reza dikenal
sebagai orang yang rendah hati, namun siapapun pejabat di Pertamina
yang melawan perintahnya, dipastikan akan terpental. Hal itu pernah
dialami oleh Ari Soemarno, mantan Dirut Pertamina. Saat itu, Ari
Soemarno berencana memindahkan Petral dari Singapura ke Batam. Reza
tidak setuju dan menganggap rencana Ari Soemarno itu berbahaya. Ari
Soemarno selanjutnya dipecat dari Dirut Pertamina.
Maka tak heran jika para pejabat di Pertamina termasuk Direktur
Pertamina, akan 'gemetar dan tunduk' jika bertemu dengan sosok Reza.
Bukti kehebatan Reza juga pernah dirasakan sendiri oleh Dahlan Iskan.
Saat itu, Dahlan Iskan sangat bernafsu membubarkan Petral, memindahkan
Petral ke Indonesia dan mencegah orang-orang yang menjadi boneka
Reza, cs menjadi Direksi Pertamina.
Bahkan Dahlan Iskan sempat berjanji untuk mengalahkan BUMN Malaysia
seperti Petronas dalam waktu dua tahun. Namun nafsu Dahlan itu kandas
di tengah jalan karena ia takhluk dari Cikeas yang telah disusupi oleh
Reza. Reza dengan cerdiknya semakin menusuk ke istana lewat Purnomo
Yusgiantoro, Menteri ESDM dan Edhie Wibowo, adik Ny. Ani SBY, dan
jelas melalui Hatta Rajasa, besan SBY.
Kedekatan Reza dengan Hatta Rajasa bisa dilihat dari kemesraan mereka
pada Pilpres 2014 lalu. Saat itu Rezalah yang membiayai Obor Rakyat
sebagai media partisan dan oportunitis untuk menaikkan popularitas
Hatta Rajasa dan mendiskreditkan calon presiden Joko Widodo. Reza juga
menggelontorkan puluhan miliar rupiah untuk membeli rumah Polonia di
Jalan Cipinan Cempedak I nomor 29, Otista, Jakarta Timur sebagai
markas tim pemenang pasangan calon presiden/wakil presiden
Prabowo-Hatta.
Reza mengakuisisi Rumah Polonia melalui Majelis Dzikir SBY Nurrussalam
Haji Harris Tahir. Dengan kekuatan bisnisnya, Reza juga mampu
menghalang-halangi rencana pembangunan kilang pengolahan BBM dan
perbaikan kilang-kilang minyak di Indonesia yang memang sudah uzur.
Sebagai contoh, penyelesaian PT TPPI Tuban yang mangkrak dengan
kerugian besar negara, disebut-sebut karena pengaruh Reza. Global
Energy Resources, induk perusahaan Reza pernah diusut karena temuan
penyimpangan laporan penawaran minyak impor ke Pertamina. Tetapi kasus
itu hilang tak berbekas dan para penyidiknya diam tak bersuara. Kasus
ditutup. Padahal kasus itu hanya sebagian kecil saja.
Di Singapura, nama Reza juga sangat mentereng. Di sana nama Reza amat
dikenal oleh semua pengusaha minyak Singapura sebagai pengusaha yang
hebat. Tak seorangpun pengusaha minyak di Singapura yang tidak
mengenal Reza. Semua pengusaha minyak di Singapura tak berani melawan
Reza. Kehebatan Reza tergambar dari cara ia bermain, dimana separuh
impor minyak Indonesia Reza kuasai. Bisa dikatakan bahwa Reza
merupakan sosok yang membuat Indonesia sangat tergantung dari import
BBM.
Karena kehebatannya itulah, maka di negeri Singa, Reza dijuluki
sebagai 'The Gasoline Godf ather' di Singapura. Disebut demikian
karena kepiawainya dalam mengurusi tender-tender pengadaan minyak.
Reza juga kerap disebut sebagai mafia yang mengatur pat gullipat
penjualan minyak impor lewat gurita bisnisnya di Singapura, Global
Energy Resources.
Perusahaan Reza inilah yang memasok pengadaan minyak mentah untuk
Pertamina lewat Petral. Dalam menjalankan gurita bisnisnya, Reza
memiliki lima anak perusahaan lainnya, yaitu Supreme Energy, Orion
Oil, Paramount Petro, Straits Oil dan Cosmic Petroleum. Di Indonesia,
Reza dikenal sebagai pengusaha kaya raya. Selain perusahaan minyak,
Reza diketahui memiliki banyak usaha lainnya.
Reza disebut sebagai pemilik dari Pacific Place, yang di dalamnya ada
tempat hiburan anak Kidzania, sebuah mall elit di Jantung Jakarta, di
samping beberapa property elit lainnya. Ia juga mengantongi konsesi
beberapa tambang dan perkebunan besar yang tersebar di beberapa
wilayah Indonesia. Reza juga memiliki saham 51% di maskapai Air Asia
Indonesia, lewat PT Fersindo. Itulah secuil kehebatan Reza.
Seorang pengusaha yang mampu menusuk masuk ke jantung para elit negeri
ini. Dengan kekuatan uangnya, Reza mampu mempengaruhi segala kebijakan
para elit baik di legislatif, yudikatif maupun eksekutif di negeri
ini. Celakanya, para elit negeri ini sangat gampang disogok, disuap,
diiming-iming dengan fasilitas agar menuruti kehendak para pengusaha.
Para elit ini kemudian rela dan tega menjual negerinya hanya demi
kepentingan pribadi dan keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar