Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sudah berjalan selama 2 tahun 10 bulan. Ada perkembangan yang terjadi namun ada pula hal-hal yang dirasa masih menjadi tantangan berjalannya JKN.
Disampaikan Menteri Kesehatan Nila Moeloek, berdasarkan data BPJS di tahun ke-3 berjalannya JKN, capaian peserta sangat profgreisf yakni sudah menjadi 170-an juta jiwa. Jumlah fasilitas kesehatan yang melayani pasien JKN tercatat 25.828 faskes.
Selain itu, tingkat kepuasan peserta JKN terhadap Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) mencapai 79,85 persen. Sementara, tingkat kepuasan peserta JKN terhadap Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL) sebesar 78,81 persen.
"Tingkat kepuasan peserta juga meningkat. Selama ini kan yang selalu kita dengar tentang ketidakpuasan. Memang betul, satu orang sakit nggak terlayani dengan baik entah yang salah dia atau faskesnya, yang dengar sedunia. Tapi kalau yang puas kurang diangkat ke permukaan," kata Menkes Nila di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (25/10/2016).
Baca juga: Dengan SE Menkes Ini, Pasien JKN Kronis Bisa Dapat Obat Lengkap
Meski begitu, sejak Januari 2016 terjadi tambahan 2.000 pasien gagal ginjal yang mesti menjalani cuci darah per bulannya. Menkes menekankan, penyakit tersebut terkait perilaku atau gaya hidup. Nah, terkait biaya rawat inap, paling banyak karena penyakit kardiovaskular dengan biata Rp 6,9 T.
Selain itu, pembiayaan JKN juga jauh lebih banyak di RS ketimbang di Puskesmas. Lebih lanjut, Menkes Nila mengungkapkan berbagai tantangan yang masih dihadapi dalam program JKN.
Menkes mengatakan, saat ini terjadi transisi epidemiologi di mana kematian akibat penyakti tidak menular meningkat, dari 37 persen di tahun 1990 menjadi 57 persend i tahun 2015. Meski demikian, penyakit menular dan kecelakaan lalu lintas dan penyakit karena virus juga mesti diperhatikan.
Lalu, penyakit katastropik diketahui menghabiskan 30 persen dana BPJS dengan jumlah sekitar Rp 16,9 T. Menkes Nila juga menyoroti penyakit katastropik pada anak (di bawah usia 18 tahun) yaitu thalassemia yang menelan biaya cukup besar.
"Thalassemia kan penyakit keturunan, ibaratnya kalau dipelihara terus kapan habisnya. Makanya kalau sudah tahu dia pembawa thalassemia tolong jangan cari pasangan yang juga pembawa thalassemia, jangan anak dikorbankan jadi pasien thalassemia. Kalau memang cinta banget jangan punya anak karena akan merugikan anak," tutur Menkes Nila.
Kemudian, risiko sakit yang tidak seimbang di mana kelompok Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) yang berkontribusi 11 persen terhadap pendapatan iuran mengonsumsi biaya pelayanan 29 persen.
Untuk penguatan program JKN, di antaranya dilakukan penguatan layanan kesehatan dengan sistem rujukan, akreditasi RS dan Puskesmas untuk meningkatkan mutu pelayanan, dilaksanakannya program Nusantar Sehat untuk pemerataan akses kesehatan, dan pendekatan berbasis keluarga.
"Untuk penguatan ini, tidak mungkin Kemenkes berdiri sendiri. Perlu kerja sama lintas sektor," ujar Menkes.
Sumber : Detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar